Tuesday, November 15, 2016

sketsa islam kita

Alhamdulillah terbit juga episode ke dua dari komik "Sketsa Islam Kita" judulnya "Hijab Cap Halal". Sedikit terinspirasi dari keterangan yang dikemukakan Pak Prof. Muhammad Quraish Shihab ketika beliau ditanya soal istilah "Hijab Syar'i" dan terinspirasi juga dari soal label halal MUI di salah satu merk jilbab kemarin.
Hemat saya menutup aurat entah itu bentuk penerapannya berupa minangan, jilbaban, kudungan, cadaran atau yang lainnya tentu adalah hal baik karena niatnya adalah menjalankan perintah agama. Hanya saja yang menurut saya tidak baik itu ketika kita membatasi istilah "pakaian syar'i" pada model pakaian yang kita pakai saja, dan tidak mau menerima interpretasi ulama' yang lain. Atau lebih lucu lagi ketika kita sudah pakai label "syar'i" kita tambahi label "halal" pula.

Monggo dibaca dan dishare sebanyak-banyaknya, mudah mudahan bisa menghibur kawan-kawan: 

Terinspirasi dari kisah penuh hikmah yang dituturkan Kiai Haji Agoes Ali Masyhuri (dan kisah Naruto lawan Sasuke juga heehee ) akhirnya saya memutuskan untuk membikin sebuah serial komik. Komik berikut ini merupakan karya yang saya buat untuk mengingatkan diri saya sendiri. Betapa kita sibuk beradu dalil sampai lupa atau bahkan malas melaksanakan apa yang kita perdebatkan itu. Monggo dibaca Mbak Yana IzzyMilla Wardatul, Mbak Intan Nurul Adila, Mas David Khoirul. Mudah-mudahan bisa menghibur. Judulnya "Perang Dalil".

"Sketsa Islam Kita: Masjid Mewah". Terinspirasi dari dawuhnya KH.Agoes Ali Masyhuri: "Membangun Masjid itu penting, tapi membangun ekonomi jama'ah Masjid itu jauh lebih Penting". 
Monggo dibaca, dan dibagikan sebanyak-banyaknya. Mudah-mudahan menghibur.

Sketsa Islam Kita: Gambar Haram! Sekian banyak yang berfatwa begitu kaku, tapi tidak konsisten dengan fatwanya sendiri. Mudah-mudahan komik ini bisa menghibur kita semua. Ayo dibaca dan dishare kawan-kawan!

 "Sketsa Islam Kita: Tenggelam".
Belakangan ini berkembang faham yang lumayan meresahkan saya.. Yakni bahwa memberi simpati lebih (baik berupa bantuan atau sekedar ucapan bela sungkawa) kepada non muslim itu MEMBATALKAN SYAHADAT! Akibatnya, rahmat yang dibawa Islam tidak lagi universal dan menjadi terbatas pada "Rahmatan lil Muslimin", sampai-sampai ada ulama' yang divonis munafiq gara-gara mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga non-muslim yang menjadi korban terorisme (tentu si penuduh menggunakan screenshot ayat Al-Qur'an secara parsial). Ini menurut saya kan tidak benar.
Saya teringat tanya-jawabnya Pak Prof.KH. Muhammad Quraish Shihab di salah satu episode Tafsir Al-Misbah kemarin.
Q: Bolehkah kita membantu tetangga kita yang non-muslim ketika mereka butuh bantuan?
A: Tidak hanya boleh, tapi anda wajib membantunya!

Bayangkan saja bila kita hanya boleh membantu orang yang satu kepercayaan saja.. Tentu akan terjadi hal konyol semacam ini.

"Sketsa Islam Kita" judulnya "Salah Siapa?". Silahkan dishare yang banyak :D
Al-Qur'an mengajarkan kepada kita apabila menerima nikmat, maka kita harus menisbahkannya kepada Allah, dan apabila menerima musibah maka kita harus meyakini itu karena kesalahan kita sendiri (An-Nisa'79, uhuk.. mohon maaf saya keceplosan ndalil). Hal itu, dalam hemat saya mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan mawas diri, serta selalu introspseksi.
Namun sekarang kan faktanya lain.. kita, ketika mendapat musibah lebih senang menyalahkan yang lain, mulai dari Jokowi, Demokrasi, sampai Illuminati, semuanya kita kambing hitamkan. Mabuk teori konspirasi, itulah kita

 Mari kita jadikan momentum Hari Raya yang segera kita rayakan ini sebagai momen untuk saling salah-menyalahkan, eh.. maksudnya maaf-memaafkan.

"Kiai Liberal". 
Terinspirasi dari sebuah kisah nyata yang diriwayatkan Gus Muhammad Ma'mun (namun sedikit saya perlucu). 
Tak terhitung jumlah kiai yang 'alim-'alim, dari lulusan terbaik Al-Azhar Mesir, sampai lulusan Ummul Qura Saudi Arabia yang dirusak namanya oleh orang-orang jahil, dengan cara super mudah, yakni dituduh liberal. Parahnya masyarakat awam banyak yang langsung benci, padahal arti liberal saja tidak mengerti. Sama seperti dua Bu Nyai ini, saya sendiri juga gak ngerti liberal itu sebenarnya makanan khas daerah mana.

"Petasan Ekstrim".
Terkadang terlintas difikiran saya bahwasannya motif dari pengeboman akhir-akhir ini sebenarnya bukanlah teror, melainkan jor-joran mercon/petasan. Mengingat waktunya memang dekat dengan Idul Fitri yang sudah kadung identik dengan petasan, mercon, dan kembang api. Wkwkwkwk :D :D :D



"Sketsa Islam Kita: Mengingatkan Kiai". 
Terinspirasi dari beberapa kisah nyata termasuk ceritanya Bu Nyai Yana Izzy . Kita sekarang hidup di zaman yang lucu dan penuh ironi, Kiai/Bunyai yang mondok dan menuntut ilmu puluhan tahun yang mendedikasikan hidupnya untuk agama bisa disalahkan atau bahkan dikafirkan mereka yang mencari ilmu agama beberapa jam saja di medsos dan internet. 

 judulnya "Solusi Konflik".

Saya sendiri sudah lelah melihat pertikaian antara dua kelompok saudara kita ini, yang satu mengkafirkan yang lainnya, sampai tidak mau mengaku saudara lagi, tidak jarang sampai berujung konflik sampai pembakaran Masjid, pengusiran dan lain sebagainya.

Padahal mendamaikan saudara yang bertikai itu WAJIB hukumnya, dan begini adalah salah satu solusinya (Menurut saya yang adalah seorang Game Developer Hahaha). :D

"Sketsa Islam Kita: Hadis Dho'if". 
Belakangan sering saya temui, sebagian dari kita, kaum muslimin yang terkesan sangat kritis menyangkut hadis, sehingga sangat mudah percaya status dho'if atau lemahnya suatu hadis dan melarang orang lain mengamalkannya, tetapi ironisnya, disaat yang sama, sama sekali tidak kritis dengan berita yang diterimanya, asalkan dari sumber yang "terkesan Islami" langsung dishare, dibroadcast, disebarkan kemana-mana, tak peduli itu hoax, fitnah, atau tidak. Betul kata Gus Ali Tulangan, "Sekarang banyak yang tidak punya kitab, tidak bisa baca kitab, tetapi sudah berani mendho'if-dho'ifkan hadis." 


Judulnya adalah "Sketsa Islam Kita: Dipaksa Baik". Berdasarkan dari Tweet Jum'at KH. Ahmad Mustofa Bisri " Mengajak kepada kebaikan adalah baik, Tetapi memaksa kepada orang lain suatu yang kita anggap baik adalah tidak baik".. Kalimat itu lantas saya ekspresikan dalam bentuk komik sketsa yang ngawur ini.. Tentu pada hakikatnya Islam adalah agama yang menghormati kebebasan, tidak asal memaksa, buktinya? Ayat "Laa Ikraaha Fiddin", tidak ada paksaan dalam agama, maksudnya tidak boleh orang dipaksa-paksa masuk Islam.

Judulnya "Nasi Berkat". Terinspirasi dari ceramahnya Kiai Anwar Zahid; "Kalau Tahlilan sampai dilarang, terus bagaimana nanti nasibnya nasi berkat?" wkwkwkw :D Sekedar info Nasi Berkat, atau Sego Berkat adalah Nasi + Lauk-Pauk + buah pisang atau yang lainnya yang di masukkan dalam wadah ember atau semacamnya yang diberikan pleh tuan rumah yang mengadakan acara Slametan atau Tahlilan dalam rangka Shodaqoh yang biasanya diniatkan pahalanya ditujukan untuk si mayit. Di daerah saya namanya Sego Berkat kalau didaerah anda namanya apa ya? Silahkan komen.

Sebenarnya dalil dan contoh sikap nasioanalisme, cinta tanah air itu ada banyak sekali, kalau ingin tahu coba sekali-kali lihat ceramahnya Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Yang menjadi ironi adalah ketika kita telah menikmati kemerdekaan karena perjuangan yang didasari rasa nasionalisme para pejuang itu tapi kita malah menuduh yang mereka perjuangkan itu tidak ada dalilnya. 


Dillema antrian haji, takut antrian panjang dan kelamaan anak-anak didaftarkan, anak-anak didaftarkan antrian haji malah makin panjang. Piye jal? 

Seseorang atau kelompok bisa diduga keras adalah Khawarij apabila mengusung konsep "Takfir" dan "Istihlal dima' wa amwal al-mukhalifin" yakni pengkafiran dan penghalalan darah dan harta benda kaum Muslimin di luar alirannya.. Orang-orang seperti itu menurut saya lebih mirip vampir haus darah ketimbang manusia.
via:fb.me/fihril


Adakah yang berkata Teroris bukan Islam, Islam tidak mengajarkan terorisme, tapi secara terselubung malah menggiring orang awam ke mentalitas yang mendorong terorisme? Saya jawab; Ada, banyak, sampai kita bisa melihat polanya.

Bukankah dengan menimpakan segala tuduhan kepada pihak di luar Islam terkait aksi terorisme itu justru akan menyuburkan terorisme itu sendiri? Bukankah setiap aksi terorisme itu terdorong atas mentalitas sebagian umat Islam yang selalu merasa terkepung dan terpojokkan?
Saya sependapat dengan Syaikh Abdal Hakim Mourad bahwasannya ancaman terbesar bagi Islam itu justru dari mereka yang mengatakan Islam itu terancam. Mengapa demikian? karena kalau sudah begitu, kita sebagai Muslim akan enggan melakukan auto-kritik dan lebih memilih menyalahkan konspirasi ini itu. Menurut dawuhnya Habib Ali Al-Jifri masalahnya itu bukan ada atau tidaknya konspirasi terhadap umat Islam, tapi kenapa Umat Islam dulu bisa berhasil dan berjaya dalam mengatasi berbagai tantangan sedangkan sekarang kita tidak?
via:fb.me/fihril


Ada yang bilang taklid kepada ulama' itu haram karena kenyatannya para ulama' itu tidak ma'sum (terpelihara dari dosa dan kesalahan). Tapi ujung-ujungnya, mereka yang bilang begitu justru menyuruh orang awam bertaqlid kepada dirinya dengan dalih bahwa apa yang disampaikannya adalah murni "Al-Qur'an dan As-Sunnah" dan bukan sebuah intrepretasi atau pemahaman/pendapat.. Dan celakanya banyak yang percaya begitu saja dengan klaim seperti itu.

Kata Syaikh Abdul Hakim Murad:
"It is a form of Implicit "Shirk" to say I will interpret Qur'an and Sunnah and reject what the Ulema of the past have said."
via:fb.me/fihril

Seharusnya mayoritas pemeluk agama, kepercaaan atau bahkan ketidak percayaan seperti atheisme sekalipun melindugi dan menjamin hak-hak minoritas, bukannya malah yang mayoritas menjadi ketakutan dan fobia terhadap yang minoritas.. sampai-sampai tempat ibadah mereka yang minoritas itu disegel, orangnya diusir dan lain sebagainya.

Hemat saya kita sebagai Umat Islam jangan buru-buru marah atau ngamuk berdemo ke kedutaan, kalau saudara kita sebagai minoritas di negera tertentu didiskriminasi. Karena sudahkah kita, sebagai Umat Islam yang menyerukan "Rahmatan Lil 'Alamin" ini menjamin hak-hak mereka yang berbeda dengan kita? Dan begitu pula sebaliknya..

Karena kalau kita sudah pernah merasakan bagaimana rasanya didiskriminasi tentu kita seharusnya tidak akan mendiskriminasi.
via:fb.me/fihril


"Berbeda mazhab bukan suatu kesalahan, melainkan pilihan untuk berjalan pada jalur yang bermuara pada tujuan yang sama, dimana jalur itu dipilih dengan mempertimbangkan kemampuan, situasi dan kondisi".
via:fb.me/fihril

cuma mau mengingatkan, khususnya kepada diri saya sendiri dan umumnya kawan-kawan semua, jangan lebay saudara-saudara.. jangan lebay..

MARI SIKAPI PILKADA DENGAN BIASA SAJA
via:fb.me/fihril

Seringkali ajakan menguatkan persaudaraan justru didengungkan dari yang anti perbedaan, apa yang dianggap persatuan ternyata hanyalah penyeragaman pandangan, kalau tidakseragam ya divonis bukan Islam, atau minimal Munafiq. Adakalanya Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan sesama Muslim) didengungkan justru untuk membenturkannya dengan ukhuwah-ukhuwah yang lain.
Disaat menyaksikan hal-hal demikian, saya hanya bisa bilang dalam hati.. Ukhuwah Lambemu!!

Mari kita serukan Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, dan Bashariyyah, persaudaraan sesama penganut agama, persaudaraan sebangsa, dan sesama manusia, yang benar-benar memilki rasa persaudaraan meskipun boleh jadi tidak seragam dalam pemikiran.

Catatan tambahan dari Kang Yos.:
Ukhuwah Islamiah itu, bukan hanya antar sesama Muslim, namun Untuk semua Umat dengan cara2 Islam yang Damai. Gitu pesan Pak Guru
via:fb.me/fihril